English French German Spain Italian DutchRussian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Kata-kata Bijak Hari Ini
"Memayu hayuning pribadi - Memayu hayuning kulawarga - Memayu hayuning sesama - Memayu hayuning bawana"
Artinya : Berbuat baiklah untuk diri sendiri, keluarga, sesama manusia, makhluk hidup dan seluruh dunia.

Rabu, 01 Mei 2013

Baca Dulu Sejarahnya, Baru Baca Lainnya! - Sejarah Kota Malang


بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Jalanan dan Pertokoan Kota Malang (Lama)
Peta Kerajaan Kanjuruhan
 Adalah seorang raja yang bijaksana dan amat sakti, Dewasimha namanya. Ia menjaga istananya yang berkilauan serta dikuduskan oleh api suci Sang Putikewara (Ciwa). Berbahagialah sang Raja Dewasimha karena dewa-dewa telah menganugerahkan dalam hidupnya seorang putera sebagai pewaris mahkotanya. Putra yang kemudian menjadi pelindung kerajaan itu bernama Liswa atau juga dikenal sebagai Gajayana. Adalah Gajayana seorang raja yang begitu dicintai rakyatnya, berbudi luhur dan berbuat baik untuk kaum pendeta serta penuh baktu sesungguh-sungguhnya kepada Resi Agastya.
Relief Dewashima
Sebagai tanda bakti yang tulus kepada Resi tersebut, sang Raja Gajayana telah membangun sebuah candi yang permai untuk mahresi serta untuk menjadi penangkal segala penyakit dan malapetaka kerajaan. Jikalau nenek moyangnya telah membuat arca Agstya dari kayu cendana, maka Raja Gajayana sebagai pernyataan bakti dan hormatnya telah memerintahkan kepada pemahat-pemahat ternama di seantero kerajaan untuk membuat arca Agastya dari batu hitam nan indah, agar semua dapat melihatnya.

Ia Raja Gajayana yang perkasa itu adalah seorang agamawan yang sangat menaruh hormat kepada para pendeta. Dihadiahkannya kepada mereka tanah-tanah beserta sapi yang gemuk, sejumlah kerbau, budak lelaki dan wanita, serta berbagai keperluan hidup seperti sabun-sabun tempat mandi, bahan upacara sajian, rumah-rumah besar penuh perlengkapan hidup seperti : penginapan para brahmana dan tamu, lengkap dengan pakaian-pakaian, tempat tidur dan padi, jewawut.

Cerita di atas diangkat sari satu prasasti yang bernama “Prasasti Dinaya atau Kanjuruhan” menurut nama desa yang disebutkan dalam piagam tersebut. Seperti tertulis di dalamnya, prasasti ini memuat unsur penanggalan dalam candrasengkala yang berbunyi : “Nayana-vaya-rase” yang bernilai 682 tahun caka atau tahun 760 setelah Masehi.
Apabila prasasti itu dikeluarkan oleh Raja Gajayana pada tahun 760 sesudah Masehi, maka paling tidak prasasti itu merupakan sumber tertulis tertua tentang adanya fasilitas politik yakni berdirinya kerajaan Kanjuruan di wilayah Malang. Tempat itu sekarang dikenal dengan nama Dinoyo terletak 5 km sebelah barat Kota Malang. Di tempat ini menurut penduduk disana, masih ditemukan patung Dewasimha yang terletak di tengah pasar walaupun hampir hilang terbenam ke dalam tanah.

Malangkucecwara berasal dari tiga kata, yakni : Mala yang berarti segala sesuatu yang kotor, kecurangan, kepalsuan, atau bathil. Angkuca yang berarti menghancurkan atau membinasakan dan Icwara yang berarti Tuhan. Dengan demikian Malangkucecwara berarti “TUHAN MENGHANCURKAN YANG BATHIL”.

Walaupun nama Malang telah mendarah daging bagi penduduknya, tetapi nama tersebut masih terus merupakan tanda tanya. Para ahli sejarah masih terus menggali sumber-sumber untuk memperoleh jawaban yang tepat atas pernyataan tersebut di atas. Sampai saat ini telah diperoleh beberapa hipotesa mengenai asal-usul nama Malang tersebut. Malangkucecwara yang tertulis di dalam lambang kota itu, menurut salah satu hipotesa merupakan nama sebuah bangunan suci. Nama bangunan suci itu sendiri diketemukan dalam dua prasasti Raja Balitung dari Jawa Tengah yakni prasasti Mantyasih tahun 907, dan prasasti 908 yakni diketemukan di satu tempat antara Surabaya-Malang. Namun demikian dimana letak sesungguhnya bangunan suci Malangkucecwara itu, para ahli sejarah masih belum memperoleh kesepakatan. Satu pihak menduga letak bangunan suci itu adalah di daerah gunung Buring, satu pegunungan yang membujur di sebelah timur kota Malang dimana terdapat salah satu puncak gunung yang bernama Malang. Pembuktian atas kebenaran dugaan ini masih terus dilakukan karena ternyata, disebelah barat kota Malang juga terdapat sebuah gunung yang bernama Malang.

Pihak yang lain menduga bahwa letak sesungguhnya dari bangunan suci itu terdapat di daerah Tumpang, satu tempat di sebelah utara kota Malang. Sampai saat ini di daerah tersebut masih terdapat sebuah desa yang bernama Malangsuka, yang oleh sebagian ahli sejarah, diduga berasal dari kata Malankuca yang diucapkan terbalik. Pendapat di atas juga dikuatkan oleh banyaknya bangunan-bangunan purbakala yang berserakan di daerah tersebut, seperti candi Jago dan candi Kidal, yang keduanya merupakan peninggalan zaman kerajaan Singasari.

Dari kedua hipotesa tersebut di atas masih juga belum dapat dipastikan manakah kiranya yang terdahulu dikenal dengan nama Malang yang berasal dari nama bangunan suci Malangkucecwara itu. Apakah daerah di sekitar Malang sekarang, ataukah kedua gunung yang bernama Malang di sekitar daerah itu.
Sebuah prasasti tembaga yang ditemukan akhir tahun 1974 di perkebunan Bantaran, Wlingi, sebelah barat daya Malang, dalam satu bagiannya tertulis sebagai berikut :

“… taning sakrid Malang-akalihan wacid lawan macu pasabhanira dyah Limpa Makanagran I …”.

Arti dari kalimat tersebut di atas adalah :

“ .. di sebelah timur tempat berburu sekitar Malang bersama wacid dan mancu, persawahan Dyah Limpa yaitu…”

Dari bunyi prasasti itu ternyata Malang merupakan satu tempat di sebelah timur dari tempat-tempat yang tersebut dalam prasasti tiu. Dari prasasti inilah diperoleh satu bukti bahwa pemakaian nama Malang telah ada paling tidak sejak abad 12 Masehi.

Sebelum tahun 1964, dalam lambang kota Malang terdapat tulisan ; “Malang namaku, maju tujuanku” terjemahan dari “Malang nominor, sursum moveor”. Ketika kota ini merayakan hari ulang tahunnya yang ke-50 pada tanggal 1 April 1964, kalimat-kalimat tersebut berubah menjadi : “Malangkucecwara”. Semboyan baru ini diusulkan oleh almarhum Prof. Dr. R. Ng. Poerbatjaraka, karena kata tersebut sangat erat hubungannya dengan asal-usul kota Malang yang pada masa Ken Arok kira-kira 7 abad yang lampau telah menjadi nama dari tempat di sekitar atau dekat candi yang bernama Malangkucecwara.
Sekilas Sejarah Pemerintahan

Kota malang mulai tumbuh dan berkembang setelah hadirnya pemerintah kolonial Belanda, terutama ketika mulai di operasikannya jalur kereta api pada tahun 1879. Berbagai kebutuhan masyarakatpun semakin meningkat terutama akan ruang gerak melakukan berbagai kegiatan. Akibatnya terjadilah perubahan tata guna tanah, daerah yang terbangun bermunculan tanpa terkendali. Perubahan fungsi lahan mengalami perubahan sangat pesat, seperti dari fungsi pertanian menjadi perumahan dan industri.

Malang merupakan sebuah Kerajaan yang berpusat di wilayah Dinoyo, dengan rajanya Gajayana.

  • Tahun 1767                  - Kompeni memasuki Kota
  • Tahun 1821                  - Kedudukan Pemerintah Belanda di pusatkan di sekitar kali Brantas
  • Tahun 1824                  - Malang mempunyai Asisten Residen
  • Tahun 1882                  - Rumah-rumah di bagian barat Kota di dirikan dan Kota didirikan alun-alun di bangun.
  • 1 April 1914 Malang    - Ditetapkan sebagai Kotapraja
  • 8 Maret 1942 Malang  - Diduduki Jepang
  • 21 September 1945     - Malang masuk Wilayah Republik Indonesia
  • 22 Juli 1947 Malang     - Diduduki Belanda yang ingin kembali merebut kekuasaan penjajahan di Indonesia 
  • 2 Maret 1947              - Pemerintah Republik Indonesia kembali memasuki Kota Malang.
  • 1 Januari 2001             - Menjadi Pemerintah Kota Malang.

Berikut adalah gambar-gambar KotaMalang dari masa ke masa ;
Balaikota Malang (Lama)

GPIB Immanuel Alun-Alun (Lama)

Masjid Agung Jami' dan Alun-Alun Kota Malang

GPIB Immanuel Alun-Alun (Baru)

Jalanan dan Pertokoan Kota Malang (Baru)

Stasiun Kota Malang

Tugu dan Balai Kota Malang
Sebagai warga Kota Malang, kita harus mengetahui sejarah dan asal muasal kota kita ini. Agar kita dapat lebih mencintai, merawat, dan menjaga Kota Malang!

Oke sahabat CyberPark! Sekian artikel dari kami, semoga bermanfaat untuk kita semua.

dikutip dari http://dymasgalih.wordpress.com/kota-malang/malang-kota-bunga/ dengan perubahan


ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِين
Baca Dulu Sejarahnya, Baru Baca Lainnya! - Sejarah Kota Malang
Written by: Tim SPENSA MLG
Rating: 4.8
Thanks for reading! Suka dengan artikel ini? Please link back artikel ini dengan code ini atau share dengan Facebook like diatas/sharing tool di bawah. Copy paste wajib Copy paste wajib menggunakan izin kami dan mencantumkan link. Terima Kasih.

Jadilah Pengomentar yang Pertama!

Posting Komentar

You're Visitors to

Who's Online Now?

Our Visitors

Flag Counter

About The Authors

My Photo
TIM SMP Negeri 1 Malang
Assalamu'alaikum, We are the author of Cyber Park Malang. We're students in SMP Negeri 1 Malang, We says thanks for visiting our blogs. I hope this contain in this blog can be beneficial for us. Like and Follow our fans page on Facebook and Twitter. Wassalamu'alaikum Wr.Wb.
View my complete profile

Letak Astronomis Kota Malang

Malang Kota
Malang Kota
Kota Malang, Terletak pada ketinggian antara 429 - 667 meter diatas permukaan air laut. 112,06° - 112,07° Bujur Timur dan 7,06° - 8,02° Lintang Selatan, dengan dikelilingi gunung-gunung : *Gunung Arjuno di sebelah Utara *Gunung Semeru di sebelah Timur *Gunung Kawi dan Panderman di sebelah Barat *Gunung Kelud di sebelah Selatan

© 2013 Cyber Park Malang | Template by Dicas Blogger | Modified and Enhanced by Tim SMP Negeri 1 Malang

 Sitemap